Bapak ibunya mengeluhkan sang putra yang sudah 3 tahun tidak bekerja, usia sekitar 28 tahun, maunya makan, tidur, santai, bengong di rumah dan selalu minta rokok. Pemuda ini tidak memiliki semangat hidup dan pernah beberapa kali menyakiti dirinya, mau bunuh diri. Ketika saya wawancara (dengan teknik dan pola bahasa ala psikoterapis Milton Erickson, agar tidak tersinggung, karena tidak mudah mewawancara orang yang stress dan paranoid), pemuda ini mengatakan:”Saya merasa ketakutan, karena semua salah paham, ada sekelompok orang ingin membunuh keluarga saya. Saya rasanya ingin mati saja, tapi tidak mau terasa sakit”.
Sudah barang tentu orang tua menjadi stress, marah, capai dan cenderung putus asa, karena sang putra ini sudah 3 tahun tidak bekerja, berbagai cara sudah mereka lakukan, bahkan kalau ditanyakan tentang pekerjaan, cenderung menghindar dan marah. “Emangnya kamu hidup hanya makan, tidur dan ngerokok aja?” Ditambah lagi 2 bulan lagi sang bapak akan pensiun di sebuah departemen terkemuka di Jakarta. Apa jadinya pemuda ini di masa mendatang? Ibunya sering menangis di malam hari, memohon Tuhan YME untuk solusi sang anak ini.
Setelah saya wawancara dengan bapak dan ibunya serta sang pemuda ini, rupanya paranoid ini terjadi karena akumulasi “kegagalan” hidup, kekecewaan dan perlakukan orang tuanya yang dirasakan “kurang bersahabat” cukup lama, diantaranya adalah sbb:
- Sejak kecil bicaranya agak cadel (sekarang sudah tidak terlihat cadel lagi)
- Selalu gagal saat wawancara, karena tidak percaya diri cadel bicara
- Gagal berwiraswasta sebagai penyalur perangkat HP
- Sang ayah tentu tidak dapat merekomendasikan bekerja di Departemen dimana sang ayah bekerja, karena sikap sang putra yang paranoid ini, bisa membuat sang ayah “malu” (menambah beban sang anak, dikira sang ayah tidak membantu)
- Sebelum lulus S1, ada masalah emosional dengan rekan-rekan di kampus, sehingga oleh orang tua dibawa ke seorang ahli dan diberi obat penenang
- Saat sidang S1 saja, harus mengkonsumsi obat penenang, agar bisa tenang berbicara
- Sejak kecil orang tuanya keras kepada sang putra, sering membentak-bentak kepada sang anak, karena temperament mereka yang keras.
- Sering gagal saat wawancara kerja, dan setelah itu sering menggunakan obat penenang
- Ibunya menawarkan untuk bekerja di restoran adiknya, tetapi sang anak menolak, karena merasa tidak sesuai dengan bidag studi di kampusnya
Bapak ibunya meminta untuk bekerja apa saja, tetapi sang anak selalu mengatakan:”Nanti saja pak, kalau sakit saya sudah sembuh”. Sang pemuda ini merasa sakit, padahal setelah saya wawancara, tidak ada penyakit yang berarti. Secara fisik pemuda ini cukup gagah, ganteng dan berbadan sehat.
Sudah 3 tahun ini sang ibu fokus kepada profesional, dan diberi obat penenang, tetapi karena tak kunjung ada perubahan, ibunya membawanya ke klinik hipnoterapi kami di Bandung. Tujuan utamanya adalah, agar sang anak ini menjadi “normal” kembali dan bisa sehat.
Setelah saya wawancara kepada ayah, ibu dan anak, saya mengambil kesimpulan, bahwa pemuda ini mengalami stress yang berkepanjangan selama sekitar 4 tahun, sehingga menyebabkan paranoid, yaitu:
- Ayahnya cenderung keras (pernah menampar sang anak), tetapi selalu dilindungi sang ibu. Tetapi belakangan ini sang ibu juga sering marah karena sang anak tidak semangat hidup
- Ada masalah di kampus dengan rekan-rekannya, dan juga pernah 6 bulang nganggur kuliah karena terlambat registrasi
- Gagal wawancara beberapa kali karena tidak percaya diri
- Introvert sejak kecil dan tidak mandiri
- Pernah trauma saat SMP, yaitu diminta bernyanyi di depan kelas, tetapi sangat malu karena suaranya yang cadel (bermasalah dengan huruf ”r” yang)
- Sangat sering minum obat tidur, karena sering berpikir hal-hal yang aneh
- Hipnoparenting kepada kedua orang tuanya
- Age Regression
- Outcome Based Therapy
- Hypno-motivation
- Life coach & vision Therapy
- Reframe Therapy
Dengan hipnoparenting dan hipnoterapi ini di Bandung, cukup 1x3 jam sesi, saya harapkan sudah cukup untuk menyelesaikan masalah stress dan paranoid pemuda yang sudah tidak bekerja 3 tahun ini.
No comments:
Post a Comment